BOLASPORT.COM - Dianulirnya hasil podium runner-up milik Maverick Vinales pada balapan seri ketiga GP Qatar 2025 masih disayangkan sejumlah pihak, salah satunya Chico Lorenzo, ayah dari Jorge Lorenzo.
Chico Lorenzo membahas persoalan podium Maverick Vinales dengan gamblang dan tidak menahan diri untuk mengeluarkan kalimat pedas.
Dalam analisisnya, Lorenzo Sr. menyesalkan cara MotoGP menegakkan regulasi yang disebutnya "Makhiavellisme", asosiasi untuk sifat licik, tidak bermoral, dan manipulatif.
Seperti diketahui, raihan podium runner-up Vinales terpaksa raib alias dibatalkan 90 menit setelah balalapan berakhir.
Pembalap KTM Tech3 itu kedapatan melanggar aturan tekanan ban hingga harus dihukum penalti 16 detik yang membuatnya jadi tertulis finis ke-14.
"Semua olahraga punya aturan, tapi aturan ini, bagaimana menjelaskannya ya, Machiavellisme," ungkap Lorenzo dalam video di kanal Youtube dia, dikutip Bolasport dari Paddock-GP.
"Itu karena aturannya menghukum Anda setelah Anda mengerahkan segenap kemampuan Anda."
"Anda balapan, mempertaruhkan hidup Anda, lalu seseorang yang tidak pernah mengendarai motor seumur hidupnya datang untuk menghukum Anda," sindirnya.
Lorenzo memandang dari sisi lain yaitu pada nilai balapan itu sendiri.
Menurutnya, MotoGP era modern sekarang terlalu banyak pernak-pernik di luar lintasan yang justru mengurangi esensi dari keseruan dalam balapan motor di sirkuit.
Aturan batas tekanan ban dipaksakan demi alasan keselamatan.
Masalahnya, tuntutan untuk berada di atas batas tekanan udara minimal selama 60 persen dari durasi balapan juga membawa kesulitan lainnya.
Terlalu mudahnya tekanan ban untuk meningkat karena efek aerodinamika yang semakin besar membuat tim dan pembalap harus bersiasat sejak sebelum balapan.
Mereka harus mempertimbangkan kemungkinan, apakah memimpin sejak awal atau memulai di belakang pembalap lain, sebelum menyetel tekanan pada ban.
Kalau tidak berjalan sesuai rencana, improvisasi dilakukan, termasuk sengaja membiarkan diri disalip lawan. Dengan membuntuti lawan, tekanan ban akan meningkat.
Michelin selaku pemasok ban tunggal sebenarnya telah melakukan pembaruan spesifikasi ban depan sebagai solusinya.
Sayangnya, kesempatan uji coba yang terlalu sedikit membuat mayoritas pembalap lebih memilih untuk berhadapan dengan tantangan besar yang sudah dikenali.
Adapun Lorenzo melihatnya sebagai keburukan. Dia membeberkan, bagaimana jadinya apabila yang direnggut adalah raihan podium kemenangan.
"Bayangkan jika dia menang, dan kemudian kemenangan itu direnggut darinya," tutur pria yang melahirkan sosok Juara Dunia lima kali.
"Pertunjukan (balapan) terletak pada aksi salip-menyalip, bukan pada semua pernak-pernik, drama, tampilan luar," katanya mengkiaskan.
"Rumus untuk menghasilkan tontonan di luar lintasan adalah omong kosong."
Di samping itu, Lorenzo memuji kemampuan Vinales yang akhirnya memberi harapan kepada KTM di tengah kesulitan yang melanda.
Pabrikan yang bermarkas di Mattighfofen, Austria, itu, diterpa badai yang utamanya disebabkan kesulitan finansial hingga hampir dinyatakan pailit.
Dia masih menaruh rasa percaya bahwa Vinales bukan pembalap biasa.
Ada bakat terpendam dari sosok pemenang lomba bersama Yamaha, Suzuki, dan Aprilia itu meski penyakit inkonsistensinya tak kunjung sembuh.
"Dia bukan pembalap biasa. Dia bisa bersinar bagaikan seorang jenius, lalu menghilang dalam bayangan. Selalu butuh waktu lama baginya untuk kembali," ujar Chico Lorenzo.
Maverick Vinales sendiri sudah meluapkan rasa syukur kendati podium perdananya bareng KTM dibatalkan karena penalti.
Tidak ada ratapan dan kemarahan, Top Gun hanya berusaha tabah.
"Saya tahu kemampuan saya, jadi saya hanya harus tetap terus fokus dan sabar," ucap Juara Dunia satu kali itu.
"Kami bisa berjuang melawan para pembalap hebat dan motor-motor hebat, tapi kami percaya pada proyek kami dan semua kerja keras yang kami lakukan," kata dia.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Paddock-GP.com |