"Pemain membutuhkan ruang aman untuk berbicara, didengarkan dan percaya bahwa seseorang akan turun tangan untuk melindungi mereka," tambahnya.
Ruxi memilih tak tinggal diam dengan situasi ini meski dengan begitu juga ia telah mengambil risiko.
"Terkadang saya merasa bodoh untuk bicara seperti ini, seperti meletakkan reputasi saya dalam risiko yang tak adil tanpa mengubah sesuatu," kata Ruxi.
Baca Juga: Barcelona Punya Trio Maut, Simone Inzaghi: Inter Milan Tidak Takut!
Indonesia, 2025. A coach goes 4–5 months without being paid—and now he’s being sacked. This is unacceptable.
— Roger Bonet (@Ruxiiii4) April 29, 2025
If we truly want to improve Indonesian football, coaches and players deserve basic professional treatment. Without that, how can we expect the game here to grow? https://t.co/IwIpVYsb8T
"Tetapi tetap diam juga terasa tak benar juga."
"Saya mencintai sepak bola, saya mencintai negara ini, tetapi saya juga ingin seseorang mendengarkan, dan situasi menjadi lebih baik," tambahnya.
Sementara itu, PSIS lewat CEO-nya Yoyok Sukawi hanya memberikan jawaban normatif mengenai masalah penunggakan gaji yang dialami beberapa pemain ini.
Sebelum coach Agius, ada dua pemain asing yang minggat karena haknya tak dibayarkan yakni Ruxi dan Evandro Brandao.
"Sama seperti yang kemarin, kita akan fokus pada pemain yang ada," kata Yoyok Sukawi saat merespons kepergian Ruxi awal April 2025, dilansir BolaSport.com dari Tribun Jateng.
"Menanggapi hal ini, kami tidak akan berlarut-larut permasalahan satu dua pemain."
"Kami fokus berjuang dengan pemain-pemain yang masih memiliki komitmen bekerja sepenuh hati dan profesional hingga akhir musim."
"Sebagai bentuk apresiasi, kami juga ingin menyampaikan bahwa per hari ini sudah tidak ada masalah bagi pemain-pemain tersebut," tambahnya.
Editor | : | Bagas Reza |
Sumber | : | jateng.tribunnews.com, X.com |