BOLASPORT.COM - Ketua BAI (Badminton Association of India), Himanta Biswa Sarma, dikecam banyak pihak setelah kegagalan India di Sudirman Cup 2025 yang terulang lagi.
Kandasnya India di tangan Indonesia pada laga kedua fase grup D sekaligus memastikan tamatnya perjalanan tim pada Sudirman Cup tahun ini.
India kalah dari skuad Merah Putih dengan skor akhir 1-4 pada laga kedua fase grup di Fenghuang Gymnasium, Xiamen, China, Selasa (29/4/2025) malam kemarin.
Itu menjadi kekalahan kedua Lakshya Sen dkk. setelah di laga pertama grup mereka juga kandas di hadapan Denmark dengan skor serupa.
Menelan dua kekalahan artinya sudah pasti tim tersebut tereliminiasi dari kelolosan babak grup untuk maju ke perempat final.
Setiap grup hanya diambil dua tim terbaik yang berhak melaju babak selanjutnya.
Ini menjadi hasil pahit ke sekian kalinya bagi India di ajang Sudirman Cup.
Memang tim tersebut sedang pincang karena absennya ganda putra terbaik Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty dan ganda putri nomor satu mereka, Treesa Jolly/Gayatri Pulella Gopichand.
Namun satu hal yang lebih disorot sejak awal adalah seleksi pemilihan pemain yang masuk ke dalam skuad India.
Mundurnya dua pasangan ganda tersebut di atas juga tidak diganti dengan pasangan lain, yang membuat kedalaman skuad India semakin rapuh.
Pemilihan pemain juga dipandang aneh karena sebagian masih minim pengalmaan tetapi di beberapa sektor justru mengandalkan pemain bintang yang sedang tidak bagus performanya.
Sejumlah mantan pemain, pengamat, hingga orang dalam BAI mulai bersuara secara anonim tentang buruknya kinerja asosiasi.
Dari proses seleksi pelatnas, manajemen kepelatihan, visi dan misi, justru jadi tak jelas.
"Mantan pemain dan pelatih secara terbuka menentang proses seleksi skuad, kurangnya pencarian bakat di sektor ganda, dan kebijakan pengembangan pemain muda yang kurang matang," demikian ulas The Philox usai kekalahan India dari Indonesia.
"Yang lebih ditekankan lagi adalah pengabaian investasi yang memadai dalam ilmu olahraga, fisioterapi, dan pelatihan psikologi."
Proses pemilihan pemain juga disinyalir sarat akan kepentingan politik menyusul Himanta Viswa Sarma juga menjabat sebagai Kepala Menteri di Assam.
"Salah satu keluhan utama yang ditujukan kepada BAI di bawah Sarma adalah pilihan pemain tim nasional yang meragukan."
"Beberapa orang dalam mengklaim bahwa terkadang politik dan keberpihakan telah membentuk pilihan lebih dari sekadar kinerja dan potensi," papar The Philox.
Salah satu hal aneh yang terjadi adalah India sama sekali belum menurunkan Lakshya Sen sepanjang laga fase grup.
Hanya HS Prannoy yang terus menerus diturunkan sejak lawan Denmark dan Indonesia. Apabila memang terjadi sesuatu pada Sen, entah itu cedera atau sakit, maka pemilihan pemain mereka semakin dipertanyakan karena tunggal putra India hanya membawa dua amunisi tersebut.
Kemudian di tunggal putri, PV Sindhu juga terus diturunkan saat performa sang juara dunia 2019 itu sedang buruk di hasil-hasil BWF World Tour.
Anupama Upadhyaya malah masih terus disimpan.
Selain itu, di ganda putra mereka hanya bawa satu pasangan, kemudian ganda putri juga satu pasangan dan semuanya pelapis yang masih sangat minim pengalaman.
"BAI di bawah arahan Sarma tidak ada visi kepelatihan yang jelas," ulas The Philox merangkumkan suara dari orang-orang dalam yang enggan disebutkan namanya.
"Sistem kepelatihan India tidak terpadu, tidak seperti negara-negara seperti China, Jepang, atau Korea, yang memiliki program pengembangan atlet jangka panjang dan pendekatan kepelatihan yang konsisten."
"Buruknya performa tim ini bisa jadi disebabkan oleh seringnya terjadi pergantian pelatih, kurangnya perhatian pada disiplin ganda, serta belum jelasnya rencana jalan bagi pengembangan pemain muda."
"Dalam banyak pertandingan Piala Sudirman, tim India kurang siap secara taktik, dengan pemain sering kalah kelas bukan karena kurangnya keterampilan tetapi karena strategi pertandingan yang buruk dan persiapan yang tidak memadai."
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | The Philox |